Tampilkan postingan dengan label Kotoran Ayam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kotoran Ayam. Tampilkan semua postingan

Mengelola Kotoran Ayam Layer

Gambar 1: Kotoran ayam jikalau dikelola dengan baik dan benar akan menjadi penghasilan perhiasan yang cukup menggiurkan. (Foto: Dok. Infovet)

Sumber utama pendapatan peternak ayam petelur (layer) yaitu produksi telur konsumsi. Namun dalam proses produksi, yakni pemeliharaan layer faktanya ada beberapa komponen lain yang sanggup menghasilkan pemasukan bagi peternak, walaupun hanya masuk sebagai pendapatan perhiasan saja.

Komponen-komponen yang sanggup menjadi pemasukkan tambahan, terdiri dari faktor-faktor yang pribadi terkait dengan produksi maupun non-produksi.

Komponen terkait aspek produksi ibarat penjualan ayam afkir, penjualan telur afkir (retak, pecah) hingga kotoran ayamnya. Komponen lain dari hasil penyusutan alat dan sangkar ternak pun masih sanggup dimanfaatkan untuk menghasilkan uang, setidaknya berasal dari hasil penjualan barang rongsok, peralatan maupun komponen sangkar yang sudah habis usia teknisnya.

Nah, pada kasus pengelolaan kotoran ayam layer, selain untuk aspek kesehatan ternak dan lingkungan, tatakelola limbah ternak ayam petelur juga sanggup menjadi pendapatan tambahan, namun apabila tidak sempurna dalam pengelolaannya sanggup menjadi masalah.

Pembuangan sisa metabolisme ayam berupa kotoran ini bila kondisinya kering, akan laku dijual sekitar Rp 8.000 per karung hingga di atas truk dan jikalau feses ayam dikelola dengan baik maka tidak menjadi media pengembangbiakan lalat dan serangga lain yang merugikan.

Walhasil, dari tinjauan ekonomi limbah ternak ternyata sanggup menyehatkan ternak dan peternaknya. Akan tetapi sanggup menjadi persoalan bagi keduanya bila kondisinya berair atau becek. Tinja ayam petelur yang berair itu menjadi media yang baik untuk perkembangan lalat dan serangga lain, serta menimbulkan anyir tidak sedap dan tidak laku pula jikalau dijual.

Agar Kotoran Tetap Kering
Bagaimanakah cara peternak supaya limbah metabolit ini tetap menyehatkan bagi kehidupan ayam dan lingkungan? Beberapa hal sanggup peternak lakukan dengan tindakan diantaranya sebagai berikut:

1. Pakan: Berikan pakan kepada ayam yang tidak menimbulkan wet dropping (kotoran basah). Kalau terjadi wet dropping alasannya yaitu pakan, harus segera mengganti pakannya. Wet dropping, apapun alasannya yaitu kondisi yang tidak sehat.
2. Air Minum: Saat membersihkan air minum di talang, operator sangkar harus berhati-hati supaya air tidak tumpah membasahi kotoran. Bila santunan air minumnya memakai nipple drinker, maka gunakanlah PVC 2,5 inchi yang dibelah menjadi dua kepingan di bawah nipple, supaya tetesan atau cipratan air masih tertampung di talang.
3. Drainase kandang: Buatkan parit di sekeliling kandang, sempurna di titik jatuhnya air hujan sedalam minimum 50 cm, supaya tidak terjadi rembesan (kapilarisasi) air ke tanah di bawah sangkar yang sanggup menimbulkan lingkungan sangkar menjadi lembab.

Bila perlu, pasangkan tirai paranet untuk menahan tampias air hujan ke area kandang. Cipratan dan genangan air hujan, serta drainase yang kurang lancar akan sangat besar lengan berkuasa terhadap tingginya tingkat kelembaban di lingkungan peternakan bahkan sanggup memengaruhi kualitas kotoran menjadi tidak kering.

Tata Kelola Kotoran
Guna menghasilkan kotoran yang baik, yakni kering dan relatif tidak berbau menyengat, perlu beberapa langkah tahapan dalam budidaya ayam, seperti:
1. Saat pullet masuk ke sangkar produksi, kisaran umurnya harus tepat, yaitu antara 13-16 minggu. Kotoran pullet yang sudah dalam kondisi kering, biarkan selama 4-6 minggu. Kemudian ditaburi sekam setebal 8-10 cm secara merata. Lama-kelamaan sekam akan tertutup kotoran gres hingga sekam tidak terlihat.
2. Selanjutnya biarkan selama 4-6 ahad kemudian, kemudian ditaburi sekam lagi setebal 10 cm. Lama-kelamaan sekam akan tertutup kotoran lagi.
3. Kotoran ayam tersebut dibiarkan hingga ayam layer diafkir, gres kemudian kotorannya dipanen. Tidak repot, sekali panen sanggup kotoran berlimpah dan sanggup dijual dengan nominal yang mencukupi.

Gambar 2: Model tatakelola feses. (Dok. Pribadi)

Sebagai catatan terkait pembahasan pemanfaatan dan pengelolaan limbah kotoran ayam petelur: Pertama, kotoran ayam yang dibiarkan selama seperiode sudah niscaya terurai menjadi pupuk kompos oraganik, kualitasnya pun menjadi sangat istimewa. Kedua, dari model tatakelola feses tersebut, hasilnya sanggup dilihat (gambar 2). Pullet masuk ke sangkar layer minimal pada usia 13 pekan, dan perhatikan ketika ayam layer umur afkir untuk kemudian kotoran sanggup dipanen. ***

Drh Djarot Winarno,
Praktisi perunggasan tinggal di Jawa Timur

Sumber http://infovet.blogspot.com/