Tampilkan postingan dengan label PDHI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PDHI. Tampilkan semua postingan

Pdhi Siapkan Jadwal Metode Gres Berantas Rabies

Pemberian vaksin untuk anjing peliharaan wajib dilakukan (Foto: balitribune)


Dalam upaya membebaskan penyakit Rabies di Bali, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) akan mengadakan agresi dan jadwal ‘Metode Baru Pemberantasan Rabies di Pulau Bali’. Dalam acara ini, Ketua Umum PB PDHI Drh M Munawaroh MM bersama timnya akan melaksanakan identifikasi dan pendataan pemilik anjing di Bali.

“Selain itu, diadakan juga kontribusi vaksinasi rabies kepada minimal 70 persen dari anjing yang ada di daerah Bali,” tutur Munawaroh.  

Munawaroh menyebutkan kondisi penyakit Rabies di Bali ketika ini masih banyak ditemukan dan sebaran masalah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun 2017 masalah Rabies ditemukan di 9 desa, tahun 2018  ditemukan di 17 desa. Data ini saya ambil dari surat kabar Bali Post tahun kemarin,” ungkap Munawaroh pada keterangan tertulis yang diterima Infovet, Rabu (2/1/2019).  

Menurut Munawaroh faktor meningkatnya Rabies diantaranya keberadaan anjing liar atau tidak berpemilik yang sulit dikendalikan, kemudian anjing liar yang tidak pernah divaksin, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara anjing secara benar.   

PDHI juga mengeluarkan panduan berisi  anjuran mengenai mengelola anjing yang berpemilik. Antara lain, pemilik wajib memperlihatkan vaksinasi Rabies secara berkala, memasang microchip pada anjing sebagai identitas.

Anjuran lain yakni memasukkan data pemilik dan anjingnya melalui data online, kemudian anjing dirumahkan atau tidak dibebasliarkan.

Sementara anjing yang tak berpemilik atau yang berkeliaran dilarang ditangkap dengan memakai senapan bius. Setiap anjing liar yang ditemukan dibawa ke shelter atau klinik binatang untuk sterilisasi/Kastrasi maupun OH, kemudian divaksinasi.

Kegiatan ini diadakan PDHI berhubungan dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemerintah Provinsi Bali. PDHI juga menggandeng Fakultas Kedokteran Hewan Udayana, LSM dan Pemangku Adat.

Rencananya Kamis, 3 Januari 2018 bertempat di Ruang Rapat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, digelar rapat koordinasi terkait jadwal pemberantasan Rabies. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Drh I Ketut Diarmita MP dipastikan menghadiri rapat ini. (NDV)         



Sumber http://infovet.blogspot.com/

Adhpi Silaturahmi Dengan Ketua Umum Pb Pdhi

Foto bersama kegiatan silaturahmi dan sumbang saran yang digelar ADHPI, Kamis (20/12). (Foto: Infovet/Sadarman)

Selang lima hari peresmian Pengurus Besar Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) eksklusif menggelar kegiatan pertemuan silaturahmi dan sumbang saran bersama Ketua Umum PB PDHI baru.

Acara yang diselenggarakan di Science Park, Taman Kencana, Institut Pertanian Bogor, Kamis (20/12), dihadiri pengurus PDHI dan segenap anggota ADHPI.

Ketua ADHPI, Drh Kamaluddin Zarkasie, menyambut baik kedatangan ketua umum PB PDHI. Ia meminta, dikepengurusan periode 2018-2022, PDHI bisa mewujudkan harapan anggotanya, yakni mengakibatkan organisasi sebagai wadah menyebarkan isu dan pengetahuan seputar kedokteran hewan.

“Hal fundamental yang perlu dibenahi bekerjsama yakni menata kembali anggota yang aktif dan yang tidak, kemudian rangkul mereka dan fasilitasi mereka dengan pembuatan KTA (kartu tanda anggota),” tutur Kamaluddin di lembaga tersebut.

Di samping itu, beliau juga menginginkan adanya sinergi antara ADHPI dengan PDHI. “Dunia perunggasan banyak menyerap tenaga kerja berbasis ilmu dokter hewan. Budidaya perunggasan rentan dengan bermacam-macam kasus penyakit, sehingga untuk meminimalkan kasus, tugas dokter binatang diperlukan,” pintanya.

Sementara tampil sebagai moderator, Drh Dedy Kusmanagandi menyatakan, masih banyak hal yang perlu dikomunikasikan, terutama terkait KTA dan hal lainnya yang mengakibatkan momen ini sempurna sasaran, bersilaturahmi sembari mendengarkan rencana PDHI ke depan dan keberlanjutan ADHPI di bawah kepengurusan PB PDHI yang baru.

Ketua Umum PB PDHI, Drh Muhammad Munawaroh, menyambut baik pertemuan tersebut. Ia menyatakan, dikepengurusannya ketika ini membutuhkan pertolongan semua pihak yang berada di bawah naungannya. Munawaroh pun telah merancang beberapa kegiatan untuk memberi kemudahan dan mengedukasi para anggotanya.

“Kita akan selenggarakan seminar-seminar terkait keilmuan, misal kasus-kasus penyakit viral, yang memerlukan fatwa dokter hewan,” ucap Munawaroh.

Rancangan lainnya, lanjut Munawaroh, akan memastikan pembuatan dan penertiban mengenai KTA. “Sudah 15.000 anggota terdata, mereka akan dibuatkan KTA,” ucapnya. KTA nantinya berbasis online, dokter binatang yang ingin menerima KTA harus meng-input sendiri data di web aplikasi, mendaftar dan meng-upload berkas.

Sementara terkait tugas ADHPI di dunia perunggasan, dalam lembaga ini disebutkan, masih terkendala dengan beberapa kebijakan, ibarat masih belum jelasnya kegiatan pemerintah mengenai sistem kesehatan binatang nasional.

“Diagnosa penyakit itu ranahnya dokter hewan, pemerintah memiliki satu balai khusus yang menangani penyakit hewan, namun di dua tahun terakhir pemerintah hanya fokus pada kegiatan Upsus Siwab, kesehatan hewannya diabaikan, sehingga munculah kasus-kasus penyakit, ibarat IBH dan penyakit binatang lainnya,” ucap Kamaluddin Zarkasie.

Ia berharap, pemerintah perlu memandang kepentingan yang sama terhadap sistem kesehatan binatang nasional, apalagi penyakit-penyakit strategis, terutama penyakit unggas. “Jika pemerintah bisa konsen, terutama pada penyakit-penyakit strategis, ADHPI juga sanggup ambil bagian, sehingga kasus-kasus penyakit sanggup diminamilisir,” pungkasnya. (Sadarman)
Sumber http://infovet.blogspot.com/

Seminar Ilmiah Kahmi Vet Temui Kendala

Suasana seminar ilmiah soal sapi bali dan tantangan dokter binatang yang dilaksanakan KAHMI Vet, Sabtu (24/11). (Foto: Infovet/Untung)

Sebuah perhelatan Ilmiah yang diselenggarakan oleh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Veteriner (KAHMI vet), yang diikuti lebih dari 165 peserta, pada Sabtu (24/11), harus berakhir dengan kekecewaan peserta. Pasalnya, Sertifikat Kompetensi Pendidikan Berkelanjutan (SKPB) dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) tidak jadi dikeluarkan.

Beberapa penerima merasa kecewa terhadap panitia. Mengingat panitia sudah semenjak awal menjanjikan adanya SKPB atas seminar tersebut.

Seminar bertajuk “Sapi Bali Prospek dan Tantangan Dokter Hewan” itu digelar di University Center (UC) UGM, dengan menghadirkan narasumber/pakar diantaranya Ketua Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Prof Dr Drh Ni Ketut Suwiti, alumni Universitas Montpellier II Perancis Dr Asmarani Kusumawati, yang menekuni riset perihal produksi vaksin dan alat teknologi diagnosa untuk penyakit jembrana yang berbasis bioteknologi dan Kepala Badan Karantina Pertanian Drh Agus Sunanto, serta Pemerhati Epidemiologi Veteriner Kementan Drh Syafrisson.

Aktivitas seminar berlangsung lancar, bahkan penuh antusias peserta. Ketika ditelusuri oleh awak Infovet terkait kekecewaan penerima yang terjadi, Ketua Panitia, Drh Wikrama Satyadarma, menolak keras jikalau pelaksanaan lembaga tersebut dinilai “amatiran”. Namun ketika Infovet bertanya lebih jauh soal gagalnya penerbitan SKPB oleh PDHI, Wikarman tidak membantah bahwa hal tersebut merupakan sebuah ketidakprofesionalan sebuah organisasi.

Diungkapkan oleh seorang panitia lain, Drh Heni Widyastuti, sebelumnya secara prosedural dan mekanisme, pihaknya sudah menemui Ketua PDHI Cabang DIY, Dr Drh Sri Widagdo, untuk meminta isyarat dan bimbingannya. Dukungan berpengaruh dari Widagdo diungkapkan secara ekspresi kepada panitia ketika pertemuan itu, yang juga akan membantu terbitnya SKPB kepada penerima seminar. Hal senada juga diperkuat Drh Wisnu, salah seorang Pengurus Harian PDHI Cabang DIY. Menurut dia, mengenai SKPB sempat dibicarakan dan sudah disetujui dalam sebuah Rapat Pengurus Harian. Namun yang terjadi, mungkin adanya perbedaan pandangan dengan Pengurus Besar PDHI, terbitnya Surat tertanggal 21 November 2018 bernomor 11E/KU/PBPDHI/11-2018, yang menolak dan bergeming menerbitkan SKPB, Drh Wisnu pun tak mengetahuinya.

Ditemui terpisah, Widagdo yang sebelumnya sudah bertemu dengan panitia seminar, membenarkan adanya surat tersebut. Saat itu Widagdo menunjukkan beberapa saran supaya memakai Organisasi Non Teritori (ONT). Apabila terjadi ketidaknyamanan atau kekecewaan peserta, pihaknya akan mengambil “kebijakan khusus” dengan menunjukkan “nilai poin” kepada penerima seminar.

“PDHI Cabang DIY akan tetap menunjukkan poin kepada penerima seminar nasional sapi bali. Ini merupakan bentuk solusi terhadap apa yang sudah terjadi" kata Widagdo kepada Infovet.

Adanya kesan kurang profesional PB PDHI menjadi kekecewaan penerima yang juga pengurus PDHI, yakni Drh Gigih Bawono dan Drh Sri Herny. Menurut mereka, acara seminar ilmiah itu relatif cukup baik dalam pelaksanaan maupun kompetensi keilmuan dari para pemakalahnya. (iyo)
Sumber http://infovet.blogspot.com/

Pelantikan Dokter Binatang Fkh Undana Dihadiri Ketua Umum Pb Pdhi

Drh Munawaroh ketika memberikan kata sambutannya

Ketua Umum PB PDHI Drh Munawaroh  MM menghadiri Upacara Pengambilan Sumpah dan Pelantikan Dokter Hewan Baru di Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang, Jumat (23/11/2018).

Pelantikan 16 orang dokter binatang tersebut dilakukan oleh PLT Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNDANA, Dr drh Maxs Sanam MSc.

Drh Munawaroh bersama Dr Maxs Sanam

“Para dokter binatang harus optimis dan yakin, secara totalitas mengabdikan diri kepada bangsa dan negara,” harap Munawaroh dalam kata sambutannya. 

Seperti dikutip dari laman FKH UNDANA, dalam tujuan mencetak SDM unggul dalam bidang kedokteran hewan, FKH UNDANA tidak saja fokus pada kompetensi ilmu dan keterampilan tetapi juga pada pembentukan dan pengembangan aksara unggul lulusannya. 

FKH Undana menerapkan 9 tata nilai atau budaya kerja yang disingkat sebagai VETERINER  dan dirinci sebagai Visi, Excellency, Transparansi, Efektifi dan efisien, Rasional, Inovatif, Norma, aturan dan Etika, dan Rasa. Dalam spirit tata nilai ini, dengan didukung sumber daya pengajar yang kompeten dan profesional, serta sarana-prasarana laboratorium yang memadai, FKH Undana akan terus maju menunjukkan yang terbaik bagi masyarakat dan dunia veteriner baik skala nasional maupun internasional. (NDV)

Sumber http://infovet.blogspot.com/

Ketua Umum Pb Pdhi Silaturahmi Ke Pb Ispi Dan Sejumlah Petinggi Organisasi


Dengan Cabang DKI
Dengan ibu ibu Istri Dokter Hewan 
Bertempat di Restoran Parsley Jl Kaliurang Km 5 Yogyakarta, Minggu 18 Nov 2018, ketua umum PB PDHI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) periode 2018-2022 Drh M Munawaroh MM mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum PB ISPI Prof. Ali Agus. Menurut Munawaroh pertemuan ini dimaksudkan untuk menjalin silaturahmi yang lebih baik sekaligus untuk menjajaki peluang kerja sama yang lebih produktif antara kedua organisasi tersebut di kurun kepemimpinannya.

Sejak terpilih sebagai Ketua Umum PB PDHI pada Kongres PDHI awal November lalu, Munawaroh aktif melaksanakan kunjungan ke aneka macam tempat antara lain ke pengurus cabang PDHI dan organisasi non teritorial di bawah PDHI.  Kepada Infovet, ia menyampaikan kunjungan ke cabang PDHI dimaksudkan untuk menggali aspirasi dari bawah, sehingga ia sanggup melaksanakan perbaikan ke depan bersama pengurus PB yang sebentar lagi akan dilantik.

Dengan PDHI Cabang Banten 2
Khusus dengan PB ISPI, ia mengatakan, banyak hal yang berkaitan dengan upaya memajukan bidang peternakan dan kesehatan binatang sanggup di kolaborasikan dengan organisasi ISPI.

Dengan PDHI Cabang NTB
Dalam waktu bersahabat PDHI dan ISPI akan menyusun aneka macam acara bersama dengan target peternak peternak Sapi Domba dan unggas.  Ketua Umum PB ISPI Prof Ali Agus menyambut baik pertemuan dengan Ketua Umum PB PDHI. "Semoga menambah barokah dan kebaikan bagi kedua organisasi," kata guru besar Fakultas Peternakan UGM itu.

Beberapa hari lalu, Munawaroh juga melaksanakan pertemuan dengan anggota dewan perwakilan rakyat Komisi IV Viva Yoga Maulady yang juga seorang sarjana kedokteran hewan. Dengan anggota dewan ini, ia telah menjajaki sejumlah langkah gres untuk melaksanakan sinergi untuk meningkatkan tugas dokter binatang dalam pembangunan nasional.

Organisasi Sejak Zaman Hindia Belanda

Dengan Viva Yoga
Melihat sejarahnya, perhimpunan dokter binatang sudah ada semenjak zaman Hindia Belanda tahun 1884  dengan nama Nederland-Indische Vereeniging voor Diergeneeskunde. Organisasi ini berdiri pada ketika Hindia Belanda banyak mengalami wabah penyakit hewan, mulai dari wabah Rinderpest di tahun 1875, wabah Septicaemia Epizootica dan Anthrax di tahun 1884, wabah Surra di tahun1886, dan wabah Penyakit Kuku dan Mulut di tahun 1887.

Dengan PDHI Cabang DIY
Pada ketika awal kemerdekaan Republik Indonesia, didirikanlah sebuah perkumpulan dokter binatang dengan nama Perhimpunan Ahli Kehewanan, beranggotakan dokter binatang Indonesia dan dokter binatang Belanda yang menjadi tenaga pengajar di Faculteit Kedokteran Hewan Universiteit Indonesia.
Organisasi inilah yang kemudian, pada ketika Kongres-nya yang pertama di Lembang, Bandung tanggal 9 Januari 1953, mendirikan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Tanggal 9 Januari kemudian diperingati setiap tahun sebagai hari jadi PDHI sampai kini.






Sumber http://infovet.blogspot.com/

Kongres Pdhi Dan Fava: “To Serve Mankind Trough Animal Kingdom”

Foto bersama ketika penutupan kongres.

PDHI menyelenggarakan aktivitas kongres bertaraf internasional pada 1-3 November 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Bukan itu saja, para istri dokter binatang yang tergabung dalam Pidhi juga menyelenggarakan aktivitas serupa di Hotel Santika Nusa Dua. Kegiatan kongres tersebut dihadiri Gubernur Bali, I Wayan Koster, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian, Drh Ketut Diarmita, serta Ketua PDHI periode 2014-2018  Dr Drh Heru Setijanto.

Bali dipilih sebagai lokasi kongres alasannya yakni Dr Drh Heru Setijanto ditetapkan sebagai Presiden FAVA (Federation of Asian Veterinary Associations) periode 2018-2020. Oleh karenanya, Kongres FAVA ke-20 dan FAVA Council Meeting ke-40 dilangsungkan bersamaan dengan Kongres PDHI dan KIVNAS. Kegiatan bersama ini akan menjadi lembaga penting bagi para dokter binatang dari aneka macam negara untuk berinteraksi dan melaksanakan diskusi mengenai “One Health”, kesejahteraan binatang dan topik-topik penting lain yang relevan dalam profesi veteriner.

Menurut Ketua Panitia, Prof Drh Bambang Pontjo Priosoeryanto, ada beberapa aktivitas lain juga dilaksanakan berbarengan, diantaranya Pertemuan Ilmiah kedua JSPS Core-to-Core Program-Tripartite Meeting Among the Bogor Agricultural University (IPB), Indonesia, Chulalongkorn University, Thailand dan Miyazaki University, Jepang. Di samping itu, dilaksanakan pula pertemuan bersama antara FAVA dan African Veterinary Association (AVA), pertemuan jaringan Veterinary Statutory Bodies (VSB) ASEAN dan bazar kesehatan binatang internasional.

Hewan dan produk binatang banyak sekali pemanfaatannya demi kepentingan manusia. Dalam mendapat faedah tersebut, beberapa keadaan sanggup memicu timbulnya penyakit-penyakit gres berbahaya bagi binatang maupun manusia. Para jago kesehatan binatang dan insan mencatat peningkatan ancaman penyakit-penyakit menular gres (emerging disease) dan penyakit usang yang muncul lagi (re-emerging disease), terhadap rantai makanan dan ekonomi, serta terhadap tanaman dan fauna yang merupakan keanekaragaman penting pendukung infrastruktur kehidupan dunia.

Beberapa tragedi penyakit pada hewan, terutama yang sanggup menular ke insan (zoonosis), sering mengguncang publik. Seperti tragedi antraks, kasus flu burung, maupun kasus leptospirosis yang banyak terjadi pasca banjir dan kerap salah persepsi sering disebut sebagai “virus tikus” alasannya yakni banyak ditularkan melalui urin tikus. Kejadian-kejadian tersebut tak urung “menyentil” kesadaran masyarakat akan tugas dan fungsi dokter binatang dalam aspek-aspek kehidupan manusia. Kasus tersebut hanya sebagian kecil dari tugas dan tanggung jawab seorang dokter hewan. Peran serta fungsi dokter binatang jauh lebih banyak dan lebih luas dari itu.

Untuk Kongres FAVA sendiri telah ditetapkan bahwa FAVA Council Meeting dan Pre Congress Workshop berikutnya akan dilaksanakan di Borneo Convention Centre, Kuching, Malaysia pada 13-14 November 2020.

Sementara dari hasil Kongres PDHI 2018 telah terpilih nakhoda gres Drh H. Muhammad Munawaroh sebagai Ketua Umum Pengurus Besar PDHI periode 2018-2022. Sementara, untuk Persatuan Istri Dokter Hewan Indonesia (Pidhi) hasil kongres 2018 telah ditetapkan Drh Tri Isyani Tungga Dewi sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pidhi periode 2018-2020.

Dalam sambutan ketika penutupan, ketua umum PB PDHI terpilih berjanji akan lebih banyak merangkul dan memberdayakan Pidhi biar kinerjanya lebih bermanfaat dan bermartabat. (Mas Djoko R/Bali)
Sumber http://infovet.blogspot.com/