Tampilkan postingan dengan label pakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pakan. Tampilkan semua postingan

Dua Ribu Ton Jagung Diberikan Untuk Peternak Ayam Kendal Dan Solo

Ilustrasi jagung (Foto; Pixabay)

Sebanyak dua ribu ton jagung disalurkan untuk seluruh peternak ayam petelur di Kabupaten Kendal dan Solo. Direktorat Jenderal Pertanian dan Kesehatan Hewan bersama Bulog eksklusif turun menyerahkan bantuan.

Seperti isu yang dirangkum dari suaramerdeka.com, Selasa (29/1/2019) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan derma tersebut sanggup membantu para peternak ayam untuk mendapat pakan dengan harga terjangkau. Sementara, untuk tempat di Jateng yang menjadi lumbung jagung, sanggup dengan intervensi dari kepala tempat masing-masing.

“Jeritan dari para peternak itu ialah jagung. Kemarin aku bertemu dengan para peternak ayam secara informal, dan mereka memberikan jagungnya masih kemahalan. Maka, kita perlu untuk segera mencari dan mendukung para peternak ini, biar harga ternaknya juga tidak tinggi. Nah, sementara posisi luar negeri itu memang murah dan kini yang diperlukan ialah ada di mana jagung di dalam negeri ini. Termasuk yang di Jawa Tengah, maka di Grobogan masih ada atau tidak,” kata Ganjar, dilansir dari Radio Idola.

Dua tempat di Jateng yang merupakan pusat produksi peternakan ayam mmperoleh derma pakan ternak berupa jagung. Kabupaten Kendal mendapat 160 ton dan Solo Raya 140 ton di tahap pertama.

Bantuan itu diberikan, untuk memfasilitasi pemenuhan jagung bagi peternak berdikari hingga final Februari 2019 mendatang. (Inf/suaramerdeka.com)


Sumber http://infovet.blogspot.com/

Pakan Alternatif Untuk Unggas

Bahan baku pakan yang berbentuk bijian untuk Pakan Alternatif dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling menjadi ukuran lebih kecil atau tepung (mash). (Sumber: Google)

Mendefinisikan Pakan Alternatif sebagai pakan unggas yang dibentuk bukan dari dominasi materi baku pakan utama menyerupai jagung dan bungkil kedelai. Namun Pakan Alternatif diformulasikan memakai materi baku pakan lokal bersumber dari kawasan setempat, baik sebagian dan/atau seluruhnya. Namun formula Pakan Alternatif ini tetap bisa memenuhi syarat-syarat, menyerupai standar spesifikasi pakan yang sesuai jenis dan fase hidup ternak, harga lebih murah, performa bisa setara dibanding pakan konvensional pabrikan.

Pakan Alternatif disini harus bisa dipahami berdasarkan kaidah SNI (Standar Nasional Indonesia) pakan unggas. Untuk itu dilampirkan beberapa tabulasi data pendukung, diantaranya tabel standar spesifikasi pakan ayam KUB yang merupakan hasil riset Balitnak (Balai Penelitian Ternak), tabel SNI pakan layer dan broiler sebagai pembanding yang terdekat, tabel SNI pakan ternak angsa dan tabel SNI pakan ternak puyuh, serta tabel persyaratan mutu SNI pakan layer.

Guna memformulasikan Pakan Alternatif, maka diharapkan 11 Jurus Keseimbangan Formulasi Pakan Unggas yang terdiri dari: 1) Kebutuhan vs Pasokan. 2) Harga vs Kualitas Bahan. 3) Sumber Protein Hewani vs Nabati. 4) Metabolisme Energi vs Protein Kasar (Crude Protein). 5) Makro Mineral (kalsium vs fosfor). 6) Mikro Mineral. 7) Asam Amino Essensial. 8) Asam Lemak. 9) Feed Intake vs Bobot Badan. 10) Feed Intake vs Karkas. 11) Feed Intake vs Feed Conversion Ratio.

Pakan Alternatif yang dimaksudkan di sini untuk dipakai pada peternakan skala kecil dengan populasi berkisar 1.000-2.000 ekor. Tujuan membuat Pakan Alternatif supaya biaya operasional peternak kecil lebih efisien dan mandiri, serta mempunyai patokan dari kandungan nutrisi maupun hal lainnya, terutama harga sehabis menjadi pakan siap saji.

Faktor ekonomi terkait biaya pakan ini menjadi sangat penting mengingat semakin  terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar US yang menimbulkan harga pakan konvensional dari pabrikan semakin mahal. Dan pembelian pakan pabrikan dalam kuantitas sedikit tentu mengakibatkan harganya lebih tinggi dan menjadi tidak efisien daripada pembelian pakan konvensional dalam jumlah besar pada peternak skala jumbo, sehingga peternak berpopulasi besar masih bisa efisien dan bertahan dengan naiknya harga pakan pabrikan.

Situasi sulit naiknya harga pakan jadi ini bisa saja dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan menyampaikan bahwa penggunaan Pakan Alternatif hanya untuk menerima laba sepihak, bahkan sesaat saja. Untuk itu mari tolong-menolong pahami apa yang dimaksud Pakan Alternatif sebagaimana definisi awal tersebut. Yakni bukan asal pakan sanggup bangun diatas kaki sendiri yang harganya murah disebut sebagai Pakan Alternatif.

Tujuan dari pembuatan Pakan Alternatif antara lain yaitu Pertama, membuat kemandirian terhadap sumber materi baku pakan baik sebagain dan/atau keseluruhan. Kedua, peternak sanggup menikmati harga pakan komplitnya yang diharapkan bisa lebih murah 5-20% dibanding pakan konvensional buatan pabrikan. Kalau harga Pakan Alternatif bisa lebih murah 50% dibanding pakan pabrikan, itu sesuatu yang hampir mustahil. Jangan-jangan pakan abal-abal. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah spesifikasinya dalam kualitas dan performanya bisa setara dengan pakan pabrikan? Maka jawaban pastinya dengan cara memperlihatkan Sertifikat Hasil Uji Laboratorium yang kredibel dari Pakan Alternatif tersebut. Untuk itu pembuat dan/atau penjual Pakan Alternatif harus paham apa itu analisa proksimat. Ketiga, pembuat Pakan Alternatif harus bisa membuat pakan spesifik untuk tujuan tertentu, misal pembuatan pakan organik bebas antibiotika, kemudian pakan dengan tujuan untuk warna kulit telur lebih coklat, pucat atau lebih biru, warna ovum bisa lebih oranye, ukuran telur menjadi lebih kecil atau lebih besar, memproduksi telur organik, rendah kolestrol, bebas basil dan untuk tujuan lainnya.

Langkah Membuat Pakan Alternatif
Pertama, lakukan survei sejauh radius maksimum 15 km dari lokasi peternakan, apakah ada materi baku lokal yang masih layak pakai dengan jumlah yang cukup dan kontinyu. Bila sumber materi baku pakan lokal jaraknya terlalu jauh >15 km, maka ongkos transportnya relatif mahal, tidak efisien dan pakan balasannya tidak menjadi murah.

Berikutnya, tersedia sumber materi baku pakan lokal. Bisa dari limbah industri, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah makan, hotel dan lain-lain. Tentu saja harganya harus lebih murah atau bahkan gratis.

Tahapan lain untuk mendukung tersedianya sumber materi baku bisa juga diperoleh melalui pembiakkan tanaman dan binatang tertentu (Azolla, cacing Lumbricus rubelus dan lain-lain), di mana nilai gizinya sangat baik dan cepat perkembang-biakannya, serta relatif gampang pengelolaannya.

Bahan baku pakan lokal menyerupai ini bisa saja keberadaannya musiman, tetapi dengan proses fermentasi tertutup, bisa disimpan relatif usang >1-24 bulan. Artinya semua materi baku pakan lokal harus diperiksa untuk diketahui isi nutrisinya yang harus lengkap, menyerupai kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kadar bubuk dan makro mineralnya (kalsium dan fosfor).

Bila tidak didukung database yang lengkap, maka hasil selesai formula Pakan Alternatif akan menjadi bias dan tidak memenuhi SNI, serta bijaknya usahakan untuk mencari rujukan ihwal kadar gizi dan isi detail materi baku lokal (asam amino, asam lemak, vitamin dan mikro mineral) atau melalui hasil penelitian riset.

Proses Persiapan Bahan Baku Pakan Lokal
Bahan baku pakan lokal perlu diproses terlebih dahulu sebelum dipakai dalam pembuatan Pakan Alternatif. Bahan baku pakan yang berair atau kadar airnya tinggi lebih dari 15% perlu dikeringkan dahulu (ampas tahu, onggok singkong, limbah pabrik udang, limbah rumah makan/hotel, limbah pasar) hingga kadar airnya menjadi 10-14%, supaya bila diformulasi pakan komplitnya berkadar air tidak lebih dari 14%. Batas maksimum kadar air pakan komplit tersebut itulah yang sesuai rekomendasi SNI.

Bahan baku pakan yang berbentuk bijian (biji nangka, biji durian, biji rambutan dan lain sebagainya), dikeringkan kemudian digiling menjadi ukuran lebih kecil atau tepung, mash 5-20 supaya bisa merata ketika dicampur. Seyogianya difermentasi dahulu supaya zat-zat anti-nutrisinya terurai.

Bahan baku pakan yang berkualitas rendah dan berserat bernafsu tinggi >10% (dedak, ampas kelapa, ampas tahu, ampas singkong dan lain-lain), mesti difermentasi supaya kualitasnya meningkat dengan menurunkan kadar serat sangat bernafsu (lignin) dan sarat bernafsu (selulosa, hemiselulosa) dan menaikkan Total Digestible Nutrien (TDN). Untuk fermentasi ini, diharapkan probiotika yang kerjanya lignolitik dan selulolitik, supaya secara konkret kadar serat kasarnya turun dan kadar proteinnya meningkat secara signifikan.

Apabila semua materi lokal sudah siap digunakan, maka dengan pertimbangan dan berpatokan pada 11 Jurus Keseimbangan Formulasi Pakan Unggas, kemudian formulasikan materi baku pakan lokal dengan materi baku pakan nasional dan/atau internasional mengacu pada SNI pakan, sehingga Pakan Alternatif siap saji sesuai dengan jenis dan fase hidup ternaknya.

Apabila tujuan penggunaan Pakan Alternatif ini bisa tercapai, yaitu sanggup bangun diatas kaki sendiri dan efisiensi dengan harga jauh lebih murah dibanding pakan pabrikan dan dengan performa ternak setara dengan pakan pabrikan, tentu lebih menguntungkan bagi peternak unggas. Memang menyerupai menjadi repot sedikit, mengapa tidak? Karena semua tenaga yang dicurahkan pun bisa dihitung dan dikonversikan dalam biaya total pembuatan Pakan Alternatif untuk dibandingkan sebagai pembeda dengan pakan konvensional.

Semua peternak khususnya pelaku bisnis penyedia Pakan Alternatif boleh berharap dan berdoa supaya tidak ada pihak-pihak yang dengan gampang menyampaikan bahwa pakannya Pakan Alternatif tetapi mempunyai kualitas yang jauh dari SNI. Efeknya bisa dipastikan akan merugikan pembelinya.

Bagi peternak, jangan gampang tergiur dengan pakan yang diklaim sebagai Pakan Alternatif hanya alasannya murah harganya. Namun, tanyakan kepada produsen, apakah pakannya sudah memenuhi SNI Pakan Ternak dan Unggas. Serta supaya produsen bisa memperlihatkan akta hasil uji analisa proksimat-nya. Apabila semua data tersebut terbukti ada, peternak bisa mencoba menggunakannya dengan jumlah sesuai kebutuhan untuk melihat performanya.

Demikian artikel ini disajikan penulis yang bertujuan memperlihatkan pencerahan kepada peternak skala kecil, sehingga tidak salah dalam membeli atau memakai Pakan Alternatif untuk menghindari kerugian yang cukup besar. ***

Ditulis oleh Drh Djarot Winarno
Praktisi dan konsultan peternakan
Tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur







Sumber http://infovet.blogspot.com/

Refleksi: Rupiah Limbung, Harga Pakan Melambung

Stok jagung melimpah tetapi peternak kesulitan mendapatkannya. (Sumber: fajarsumatera.com)

Industri peternakan ayam di dalam negeri tidak henti-hentinya menghadapi cobaan berat. Para pelaku perjuangan di sektor ini berharap adanya keseriusan pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang sudah dibuat.


Ada dongeng dunia khayalan yang belakangan sedang terjadi di dunia nyata. Kisah ini dikemas dalam film pendek animasi Superman versus Gatotkaca dan tengah menjadi viral di media sosial. Kedua satria ini bertarung mempertahankan jati diri masing-masing. Gatotkaca berusaha sekuat tenaga untuk melawan Superman, namun kesudahannya ia ambruk juga. Gatotkaca terkapar.

Pertarungan dalam film animasi ini mengilustrasikan bagaimana kondisi nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir terhadap dolar Amerika. Media menuliskan dolar makin perkasa. Nilai tukarnya melampaui angka Rp 15.000 lebih per dolar, bahkan sempat mencapai Rp 15.283 per dolar.

Pelemahan rupiah yang terus berlanjut itu sepertinya sesuai prediksi mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli, pada 3 Oktober lalu. “Apakah Rp 15.000 ini sudah akhir? Ini gres permulaan,” ungkapnya kepada awak media di kompleks dewan perwakilan rakyat RI, Jakarta, waktu itu.

Makin tingginya nilai tukar rupiah tak hanya menciptakan situasi politik Indonesia kian gaduh, tapi juga berimbas berat terhadap perjuangan peternakan unggas. Harga materi baku pakan ternak yang masih impor, menyerupai bungkil kedelai dan lainnya, mau tak mau makin melambung.

Yang memprihatinkan, pada pertengahan Oktober lalu, para peternak kesulitan mendapat jagung untuk materi pakan ternak. Padahal, 22 Juni lalu, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa stok jagung nasional melimpah, bahkan surplus, begitu kata Mentan.

Mentan menjamin tidak akan ada impor jagung pada tahun ini. Bahkan alasannya yaitu stok melimpah, Indonesia sanggup mengekspor jagung ke Filipina dan Malaysia. Menurut data Kementan, tingkat produksi jagung di dalam negeri meningkat dalam lima tahun terakhir. Jumlah produksi pada 2016 mencapai 23.578.413 ton meningkat menjadi 28.924.009 ton pada 2017 dan pada tahun 2018 mencapai 30.043.218 ton.

Tapi fakta di lapangan, empat bulan berikutnya, para peternak ayam kesulitan mendapat jagung untuk pakan ternaknya. Ada apa?

Sukarman, Ketua PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) mempunyai dugaan yang cukup kuat. “Fakta di lapangan, jagung ternyata sebagian besar diserap perusahaan feedmill lewat pedagang ketika panen di sentra-sentra produksi, sehingga peternak kesulitan memperoleh jagung dengan harga yang wajar,” ungkapnya ketika menggelar agresi unjuk rasa di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar, 15 Oktober lalu.

Selain sulit didapat, harganya pun tinggi. Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Herry Darmawan, menyebut harga jagung di Jawa Timur mencapai Rp 5.100 per kg, sementara di Jawa Tengah dan Jawa Barat harga jagung dipatok sebesar Rp 5.000 per kg.

Harga tersebut jauh dari teladan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 wacana Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yaitu Rp 3.150  di tingkat petani dan Rp 4.000 di tingkat peternak. “Dengan harga yang melambung, peternak harus merogoh modal lebih besar lagi untuk sanggup bertahan,” ujar Herry kepada Infovet.

Derita para peternak ayam tak hingga di sini. Di tengah kelangkaan dan tingginya harga jagung, dalam beberapa ahad di bulan Oktober harga telur dan daging ayam broiler justru merosot. Dari data yang dihimpun Infovet, pada Selasa (9/10), harga telur ayam pada kisaran Rp 16.000-Rp16.300 per kg, jauh bila dibandingkan harga teladan yang gres yakni Rp 18.000-Rp20.000 per kg di tingkat peternak. Kondisi ini menjadi pukulan telak bagi para peternak ayam di dalam negeri.

Soal langkanya jagung di pasaran, pemerintah mempunyai argumen yang berbeda. Kementan berdalih, rantai pasok jagung yang tak tepat sempat 'mengecoh' pasokan dan harga. “Mereka (petani dan peternak) tidak tahu warta jagung sebetulnya ada. Ini perkara komunikasi dan distribusi saja. Jagungnya memang ada, tapi perkara komunikasi dan distribusi,” kata Sekretaris Jenderal Kementan, Syukur Iwantoro, kepada media di Jakarta, 24 Oktober lalu.

Peternak Menuntut
Lazimnya pelaku perjuangan di sektor lainnya, para pelaku perjuangan peternakan yang makin terjepit dengan kondisi ini pun makin terusik. Bagi mereka, tak ada jalan lain untuk menyuarakan kepentingannya, selain melalui agresi unjuk rasa. Pada 15 Oktober, PPRN menggelar agresi demonstrasi di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Para pengunjuk rasa menuntut semoga Mentan Amran turun dari jabatannya. PPRN juga menuntut pemerintah menyediakan jagung yang cukup dengan harga yang masuk akal sesuai hukum Kemendag.

Cara peternak bersuara melalui agresi demo memang tergolong “cespleng”. Sehari sesudah didemo, pemerintah merespon aspirasi peternak. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita dan Dirjen Tanaman Pangan (TP), Sumardjo Gatot Irianto dan tim dari Kementan pribadi turun ke lapangan, melaksanakan pertemuan dengan peternak ayam petelur berdikari di Kabupaten Blitar, (16/10).

Sebelumnya, tuntutan yang sama juga muncul dari para peternak ayam petelur berdikari di Kendal dan Cepu. Namun di dua kota ini, Dirjen PKH dan tim sudah terlebih dahulu melaksanakan obrolan dengan peternak. Tak ada gejolak massa.

Sebagai langkah cepat jangka pendek, Kementan merespon ajakan tersebut dengan menghimbau semoga para perusahaan pabrik pakan ternak membantu para peternak berdikari mendapat jagung dengan harga terjangkau, yaitu Rp 4.500-4.600 per kg dari harga pasar ketika ini sebesar Rp 5.000-5.200.

“Sehingga ada subsidi Rp 500-600 per kg. Subsidi ini sanggup disisihkan dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pabrik pakan ternak,” kata Ketut ketika merespon tuntutan peternak.

Merespon hal tersebut, beberapa perusahaan akan memperlihatkan derma jagung dengan harga subsidi ke Kabupaten Kendal oleh PT Sidoagung (100 ton) dan Kabupaten Blitar antara lain PT Charoen Pokhphand (50 ton), PT Japfa Comfeef (40 ton), PT Panca Patriot (100 ton), PT Malindo (20 ton), BISI (2 ton), CV Purnama Sari (10 ton) dan perusahaan lain. 

Butuh Keseriusan Pemerintah
Persoalan melemahnya nilai tukar rupiah, banyaknya dilema yang dihadapi oleh pelaku perjuangan peternakan di dalam negeri, hingga “paceklik” jagung pakan ternak, merupakan bab dari “nilai” rapor Pemerintahan Presiden Jokowi dan Jussuf Kalla selama empat tahun terakhir. Para pelaku bisnis di banyak sekali sektor mempunyai pendapat yang bermacam-macam soal rapor Jokwi -JK. Ada yang menilai bagus, ada juga yang menilai jeblok.

Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J. Supit, menyerupai yang dikutip Kontan.co.id, mengapreasiasi kinerja Pemerintahan Jokowi -JK selama empat tahun berkuasa. Ada sejumlah hal positif yang terlaksana, menyerupai pembangunan infrastruktur hingga percepatan perizinan melalui Online Single Submission (OSS). Tapi beberapa sektor ia nilai masih kedodoran.

Salah satunya swasembada pangan masih menjadi pekerjaan rumah. Ada yang bilang berhasil surplus, tapi faktanya jagung untuk pakan ternak susah dicari. Ia mengatakan, perkara ini harus segera diselesaikan. Jika dibiarkan, sanggup membingungkan investor.

Ketua Gopan, Herry Dermawan, berpendapat, industri peternakan ayam di dalam negeri tidak henti-hentinya menghadapi cobaan berat. “Sebelumnya kita dihadapkan dilema bahaya masuknya ayam Brazil, kini kita dihadapkan dilema tingginya harga jagung dan langka,” kata Herry.

Menurut dia, adanya pandangan gres untuk menggantikan jagung dengan gandum impor kurang tepat. Jika dipaksakan peternak memakai gandum sebagai pengganti jagung, maka performa ayam akan berubah. “Ayam kita sudah terbiasa makan jagung, performa akan berubah jikalau diganti dengan gandum,” katanya.

Menyikapi dilema krisis jagung yang belakangan menjadi poelmik, Herry menegaskan, dari sisi kebijakan pemerintah sudah bagus. Hanya saja, pelaksanaanya masih membutuhkan keseriusan. Tanpa adanya keseriusan, maka sebagus apapun kebijakan yang dibentuk akan sia-sia.

Sementara, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, mengusulkan semoga pemerintah lebih memaksimalkan kiprah Bulog. Lembaga ini bukan hanya berurusan dengan beras semata, namun jagung seharusnya juga menjadi “wilayahnya”.

“Salah satu kiprah Bulog juga menstabilkan harga jagung, jangan hingga terlalu mahal atau terlalu murah,” kata Desianto kepada Infovet.

Menurutnya, harga jagung yang ideal berkisar antara Rp 3.500-3.700 per kg. Dengan harga yang ideal, pabrik pakan sanggup menyerap produksi jagung dengan baik pula ketika panen raya tiba. Ia merinci kebutuhan jagung 87 produsen pakan ternak yang tergabung dalam GPMT diperkirakan rata-rata 500-600 ribu ton per bulan. Saat ini, serapannya hanya 200-300 ribu ton jagung, tanggapan kurangnya pasokan dan mahalnya harga. 

Akibatnya, “Stok jagung di pabrik pakan ternak yang dulunya sanggup dua bulan, kini hanya 25 hari, bahkan belasan hari,” ungkap Desianto. Dengan kondisi kelangkaan jagung, anggota GPMT akan mencari jalan melalui substitusi dengan materi baku lokal atau materi baku impor, contohnya dengan mengganti gandum.

“Namun bagi feedmill, jikalau memang kondisinya sedang tidak ada jagung, harga berapapun niscaya akan dibeli. Seperti pada tahun lalu, harga jagung sempat Rp 7.000 per kg. Tapi jikalau terpaksa memakai gandum untuk materi baku pengganti, yang kasihan yaitu pabrik-pabrik kecil yang belum mempunyai teknologi pengolahannya,” pungkasnya.

Akankah kelangkaan jagung masih akan berimbas pada perjuangan peternakan unggas di tahun 2019? Semoga saja tidak. (Abdul Kholis)

Sumber http://infovet.blogspot.com/

Kementan Kawal Distribusi Jagung, Peternak Beri Apresiasi

Penyaluran materi baku pakan disalurkan Kementan di beberapa titik Pulau Jawa (Foto: Dok Kementan)


Langkah cepat Kementerian Pertanian dalam mendistribusikan materi pakan untuk ayam petelur, disambut baik peternak ayam di wilayah Provinsi Jawa Barat khususnya Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Pengawalan distribusi ini dilakukan untuk menanggulangi keluhan para peternak atas kebutuhan materi pakan ternak.

Pengalokasian distribusi jagung yang diberikan untuk Provinsi Jawa Barat total berjumlah 500 ton. Dari total tersebut secara sedikit demi sedikit akan disalurkan, tahap awal masing-masing datang hari ini sekitar 100 ton untuk Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, Minggu (11/11/2018).

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif mengatakan, Kementan bergerak cepat atas keluhan peternak. Pasalnya, jagung dibutuhkan supaya peternakan tidak mati dan produk unggas tetap stabil. Dengan demikian, peternak mencicipi kehadiran Pemerintah di tengah-tengah mereka.

“Kejadian mengenai jagung maupun pakan ini dibutuhkan tidak memperlihatkan stress berat terhadap peternak muda, alasannya yakni pemerintah tidak melepas begitu saja terhadap kesulitan para peternak,” kata Ma'arif dalam keterangan tertulisnya yang diterima Infovet.

Ma'arif menjelaskan, pendistribusian jagung untuk Kabupaten Cianjur diangkut mengunakan 10 truk yang pribadi diserahkan kepada kelompok peternak ayam petelur yang tergabung dalam Koperasi Sarana Satwa dan 10 truk untuk Kabupaten Sukabumi diterima oleh PT Inti Prima Satwa Sejahtera.

Pendistribusian jagung dilakukan serentak di sejumlah provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Selain Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, sebelumnya Kabupaten Bogor juga telah mendapatkan 75,5 ton jagung yang juga dikawal oleh Kementan dan didistribusikan pribadi kepada para peternak.

Andi, akseptor proteksi yang berasal dari Desa Jamali, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur merasa bahagia atas hadirnya pemerintah di tengah kesulitan mereka. “Alhamdulillah Kementerian Pertanian kini sangat responsif terhadap kesulitan peternak kecil ibarat kita. Saya sangat berterima kasih sekali untuk proteksi ini,” ungkapnya usai mendapatkan jagung dari Kementan.

Lebih jauh Andi menuturkan jagung yang ada ketika ini harganya mencapai Rp4.500 hingga dengan 5 ribu per kilogram, hal ini sangat merugikan peternak kecil.

Peternak dari PT Inti Prima Satwa Sejahtera di Sukabumi, Robby mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas perhatiannya kepada peternak. "Kami sangat berterima kasih sekali kepada pemerintah khususnya Bapak Menteri Pertanian, telah membantu dengan gerak cepat menyalurkan jagung pribadi kepada kami peternak ayam,” tutur Robby.

Pendistribusian jagung yang dilakukan oleh Kementan seluruhnya total mencapai 12 ribu ton yang didistribusikan ke wilayah Jabar, Jateng, dan Jatim yang ditujukan untuk mengamankan stabilitas produksi ayam di peternak. (NDV)


Sumber http://infovet.blogspot.com/

Krisis Pakan, Kementan Bergerak Salurkan Jagung Ke Peternak

Kementan melalui Ditjen PKH kawal pendistribusian jagung kepada peternak. (Foto: Dok. Kementan)

Sebanyak 12.000 ton jagung pipilan secara serentak didistribusikan ke peternak rakyat di sejumlah pusat ayam petelur, khususnya di beberapa titik di Pulau Jawa.

Bantuan ini sebagai bentuk langkah konkret Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memfasilitasi distribusi jagung dari industri pakan ternak, untuk kebutuhan peternak rakyat di banyak sekali pusat ayam petelur, Jumat (9/11/2018).

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Indonesia menyatakan sangat menghargai atas support yang sudah diberikan oleh Kementan.

"Kami mewakili teman-teman peternak rakyat berterima kasih atas aktivitas yang sudah dilakukan untuk menolong pada ketika krisis kali ini," kata Ketua Pinsar Indonesia Hartono dalam keterangan tertulis Infovet terima.

Foto: Dok Kementan

Hartono sendiri menyampaikan itu ketika penyaluran jagung untuk peternak di Bogor, Jumat (9/11/18). Dia berharap ke depannya, harga pakan ternak sanggup menyesuaikan lagi atau terjangkau.

Selain di Bogor, penyaluran pakan ternak juga dilakukan Kementan di Blitar, Jawa Timur.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Sugiono yang memimpin pribadi penyaluran jagung ke peternak mengatakan, salah satu alasan Kementan mendistribusi ke sana alasannya yaitu kawasan tersebut yaitu salah satu pusat utama peternakan.

Sementara itu, Bupati Blitar Rijanto menyambut positif upaya Kementan dalam memfasilitasi penyaluran jagung ke peternak rakyat yang jumlahnya sekitar 4.400 peternak.

Adapun jumlah jagung yang didistribusikan ke Blitar kurang lebih 400 ton. Rijanto berharap penyaluran jagung ini sanggup menjadi solusi awal bagi para peternak.

Setelah Bogor dan Blitar, penyaluran jagung untuk peternak terjadi di Malang. Dalam keterangan tertulisnya Kementan mengatakan, sebanyak 4 truk atau 100 ton jagung pribadi didistribusikan ke peternak.

Pengiriman dengan nominal sebanyak itu atas dasar undangan peternak di Malang yang mengajukan kebutuhan 2000 ton jagung untuk ayam layer dan 200 ton buat ayam broiler.

Pada hari yang sama jagung disalurkan pula ke pusat peternak ayam di Jawa Tengah. Salah satu titiknya ada di Kabupaten Kendal. Bantuan jagung diterima oleh para peternak petelur secara bertahap.

Dengan rincian, dimulai Jumat (9/11/2018) sebanyak 50 ton, kemudian Sabtu (10/11/2018) 100 ton dan selanjutnya hingga dengan jumlah keseluruhan 500 ton.

Direktur Pakan, Ditjen PKH Sri Widayati yang hadir di Kendal, Jawa Tengah menyampaikan bahwa peternak menyambut positif gerak cepat ini.

"Untuk wilayah lainnya, yaitu Solo dan sekitarnya akan segera menyusul,” ujar Sri.

Potong Jalur Distribusi

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa penyaluran jagung untuk pakan ternak bertujuan memotong jalur distribusi yang selama ini menimbulkan kelangkaan pakan ternak.

“Ini bukti bahwa ketersediaan pakan jagung cukup untuk memenuhi kebutuhan para peternak lokal,” ungkap Amran.

Dalam kurun waktu tahun 2014-2017 produksi jagung terus meningkat. Pada 2014, produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton, dan meningkat 19,6 juta ton pada 2015.

Adapun pada 2016 produksi jagung kembali meningkat 23,6 juta ton, demikian juga tahun 2017 mencapai 28,9 juta ton.


"Dengan kerja keras dan upaya khusus yang terus dilakukan Kementan pada 2018 ini diperkirakan potensi produksi jagung lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 30 juta ton," terperinci Amran. (NDV)


Sumber http://infovet.blogspot.com/